6 Tradisi Unik Desa Karangasem Bali, Yang Masih Dijaga Sampai Saat Ini

1. Tradisi Megibung

Megibungan

Megibung merupakan tradisi unik yang dimiliki oleh warga Karangasem, yakni suatu kegiatan makan bersama-sama dalam satu wadah (disebut gibungan) yang terdiri dari 5 – 8 orang dengan posisi duduk dibentuk melingkar dengan gibungan berada di tengah-tengah. Tradisi ini masih tetap dipertahankan hingga sekarang. Tradisi ini biasanya dilakukan pada saat ada upacara adat dan Agama Hindu seperti upacara potong gigi, otonan anak, pawiwahan, ngaben, dan lain sebagainya. 

Uniknya dalam kegiatan megibung ada aba-aba dari pemilik acara kapan saatnya mulai menyantap makanan. Jadi tidak boleh menyantap secara sembarangan, harus dimulai secara bersama-sama dan diakhiri secara bersama-sama. Nah, jika ada anggota megibung yang sudah kenyang, tidak boleh meninggalkan tempat duduknya, harus menghabiskan nasi dalam gibungan secara bersama-sama atau setidaknya ikut duduk menemani yang lain agar menghabiskan makananannya.

2. Genjek Karangasem

Genjek
Genjek merupakan salah satu kesenian Bali yang ada di kabupaten Karangasem juga dikenal dengan nama Cakepung. Kesenian genjek ini dilakukan secara masal oleh laki - laki yang duduk bersila dan melingkar yang awali dengan sebuah nyanyian kemudian diikuti dengan suara mulut “cak – cak” dengan gerakan tangan yang menari - nari.

3. Lawar Don Belimbing
Don Belinbing
Tanaman Belimbing tidak hanya bisa dimanfaatkan buahnya saja, bahkan daunnya bisa digunakan sebagai sayur lho. Fakta ini dapat kita lihat dengan adanya kuliner yang bernama “Lawar Don Belimbing” khas Karangasem. Lawar Don Belimbing biasanya digunakan sebagai pelengkap tradisi Magibung. Rasanya pun sangat unik, ada rasa pedas, manis dan sedikit agak pahit. Karena Lawar Don Belimbing digunakan untuk tradisi Magibung maka kuliner ini akan dibuat pada saat ada upacara adat dan keagamaan.


4. Geret Pandan Desa Tenganan
Desa Tenganan

Siapa yang masih asing dengan perang satu ini? Ya, geret pandan adalah suatu tradisi perang menggunakan pandan berduri, dilengkapi sebuah tameng berasal dari anyaman rotan. Perang ini bukan merupakan bentrok. Namun merupakan suatu tradisi yang diyakini oleh masyarakat setempat.

Geret pandan ini dilakukan hanya satu tahun sekali dan berlangsung selama dua hari. So, buat kalian yang penasaran dan ingin tahu sejarahnya, kunjungilah Desa Tenganan pada bulan Juni


5. Gebug Ende Desa Seraya Barat
Desa Seraya Barat
Nah untuk Gebug Ende sendiri juga merupakan perang, namun alatnya menggunakan akar rotan sepanjang 1,5 sampai 2 meter dan dinamakan gebug, lengkap dengan tameng yang disebut sebagai ende. Gebug ende ini diyakini oleh masyarakat setempat sebagai tradisi untuk memohon hujan. Tradisi ini biasanya diselenggarakan di Desa Seraya Barat kira-kira pada bulan Oktober sampai November.


6. Terteran Desa Jasri
Desa Jasri
Nah tradisi yang menantang satu lagi yaitu terteran. Ini merupakan perang juga, namun alatnya menggunakan api. Api itu berasal dari daun kelapa kering yang dibakar, lalu dilempar ke grup lawan. Sebelum tradisi ini dilakukan, biasanya desa tersebut mematikan seluruh akses penerangannya demi suatu tujuan tertentu.

Tradisi ini berlangsung dua tahun sekali yaitu pada tahun genap. Biasanya dilaksanakan satu hari sebelum upacara Nyepi. 

0 komentar:

Mohon Memberikan Saran Maupun Pesan Untuk Muda Mudi Pakar, Agar Kedepan Menjadi Suatu Organisasi Selalu Soladaritas Dan Bersatu